Prabumulih, LapartaNews - Piala adipura diserahkan tahun ini, Prabumulih tidak mendapatkannya. Hilangnya, piala adipura dari Kota Nanas. Akibat pengelolaan sampah di TPAS Sungai Medang masih menggunakan sistem Open Dumping.
Menanggapi itu, Wako Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM mengatakan, kalau piala adipura tidak sebatas masalah sampah saja. Tetapi, juga tentunya lingkungan.
“Percuma kalau sampahnya, terkelola baik. Tetapi, lingkungannya rusak akibat tambang. Khususnya, tambang batu bara. Seperti di daerah Kalimantan salah satunya,” ujar Ridho, sapaan akrabnya.
Prabumulih ini, kata dia, satu-satunya kabupaten di Indonesia menolak pertambangan batu bara demi menyelamatkan lingkungan. Sehingga, lingkungannya tidak rusak akibat tambang batu bara.
“Harusnya, penolakan tambang batu bara menjadi pertimbangan tersendiri dalam penilaian adipura. Tidak ada gunanya, kotanya bersih. Tetapi, tambang batu bara dimana-dimana. Adanya tambang batu bara, menyebabkan kerusakan fatal terhadap lingkungan. Mengakibatkan, galian terbuka dimana-mana,” terang suami Ir Hj Suryanti Ngesti Rahayu ini.
Ayah tiga anak ini mendorong, Pemerintah melalui KLKH mengeluarkan kebijakan penolakan tambang batu bara bagi Kepala Daerah, sehingga lingkungan di Indonesia tidak rusak karena eksploitasi tambang batu bara.
“Jika demikian, kita yakin lingkungan di Indonesia. Akan terjaga, dan tidak akan mengalami kerusakan parah. Mari kita selamatkan lingkungan kita,” pungkasnya. (**)
0 Komentar